Archive for the ‘Karya Puisi’ Category
PAHLAWAN VIRTUALKU

Dua tahun yang lalu Dia datang ke negaraku Tapi, bukan untuk bertamu Wabah hitam, melanda dunia Tanda bahaya corona Gunung tinggi menjulang Hembuskan angin yang tak tenang Mengingat bahwa bumiku belum siuman Hai corona.... Kau datang tiba – tiba Menghantui setiap sudut kota Menjadi kabut hitam dunia Kau ambil banyak nyawa manusia Hai corona... Aku tak bisa bersekolah Takut keluar rumah Karena wabah melanda Ku hanya bisa mengenang pahlawan virtualku Sekian lama bersamamu Telah banyak ilmu, kau beri padaku Literasi kau tanam di jantungku Guruku... Engkau pahlawanku Pengorbananmu tak kenal waktu Lelahmu menghasilkan karyaku Ikhlasmu menghasilkan imajinasiku Kemuliaanmu memancarkan banyak ilmu Cahayamu menjadi sahabatku Tutur katamu menjadi orang tuaku Senyumanmu menjadi semangatku Kuucapkan terimakasih padamu Jasamu pasti terkenang di hatiku Di setiap sujudku, mendoakanmu Semoga Surga Allah Menantimu Lekas pulih Bangsaku Kuingin jumpa guru literasiku Doaku Corona cepat berlalu
HARAPANKU PEMUDA INDONESIA
Di tahun seribu sembilan ratusan Kita mengalami penderitaan Ekonomi, fisik, moral maupun kemanusiaan Semangat pelajar sampai Bangsawan di gerakkan Seribu sembilan ratus delapan Sutomo dan Kawan – kawan kedokteran Pembawa obor masa depan Progaganda di gencarkan Wahai Pemuda Pendahulu Kaum muda bangsaku Yang hidup puluhan tahun berlalu Membara, bersatu, menyingsingkan lengan baju Mengabadikan lentera Nusantaramu Bumi ini Bagai gelora api Yang berkobar tegak berdiri Marah ....karena lemah hati Kemalasan membuat jiwa mati Ku Ingin Ku mau Jemari kecilku ini Kepalan mungilku ini Langkah kaki ini Mengisi perubahan Negeri Bukan dengan permusuhan Bukan dengan persaingan Bukan saling iri dan benci Tetapi, dengan.... Cita – cita yang suci Hatiku bergetar ketika mendengar Bait Sumpah Pemuda terpancar 28 Oktober berbagai suku menyatu Menyatukan Tanah Airku Menyatukan Bahasaku Menyatukan Bangsaku Untuk Indonesiaku Harapanku..... Hutan lebat melimpah rusa Melihatnya tersenyum bahagia Janganlah persatuan ini binasa Junjung tinggi nama baik Bangsa 28 oktober Hari Sumpah Pemuda Bulatkan tekad, semangat Bangsa Luhur dan mulia sejahtera Jayalah Negriku Indonesia.
RINDU DALAM DIAM
Pahatan gunung memecah langit Berselimut awan beralaskan tumit Pikiranku terkadang sedikit rumit Kenapa kau pergi tanpa pamit Oh.....Anindya Berarti cantik jelita Cahayamu menembus sahaja Melihatmu terasa dalam nirwana Anindya..... Saat kau hadir di latihanku Begitu gugup hatiku Aksaku terus melirikmu Apakah? ini rindu ? Anindya penuh romansa Senyummu bagai bianglala Kisahmu bagai rembulan arungi samudra Ramah bagai pohon melambai warna Sejak suara tak beranjak Tapi jantung kencang berdetak Ku tutup mataku sejenak Anindya teruslah menjadi jejak Ku tatap kelincahan imago mu Kicauanmu begitu merdu Pukulan raketmu membuatku terpaku Seperti dunia hanya untukku Ingatkah engkau Saat kau bonceng aku Jemariku tak ragu mendekapmu Aduhhhh aku sakit terserang rindu Anindya ..... Meskipun sebentar melihatmu Aku bepesan untukmu Tetap jadilah guruku Harapanku tetap bertemu I Miss you
CIKGU GENERASIKU

Menjelang senja Kelap kelip warnanya Melihat wajah lelahnya Sungguh mulia keringatnya Kau tak sadar menahan lelah Tak kau abaikan dinginya lantai sekolah Tidak mengharap kemilau gelar dan anugerah Tersorot kerelaan menggenggam suatu amanah Sadarkah engkau ku pelan bergerak Melihat matamu terpejam sejenak Kacamatapun tak beranjak Kasih dan semangatmu tetap semarak Wahai Guru pengganti ayah dan Ibuku Lelahmu membentuk generasi baru Mewariskan semua Ilmu Yang terus hidup sepanjang waktu Ku ambil awan untuk menyelimutimu Ku panggil matahari menghangatkan tubuhmu Embun lembut sebagai bantal pengganti tangganmu Rasanya ku ingin mengusap keringatmu Terimakasih Cikgu Senyumu Lelahmu Ilmumu I miss you
LITERASI MERDEKA


( G.Kinanti ) Dulu aku buta dengan angka Buta dengan aksara Pena pun bingung menulis cerita Karena tak gemar membaca Secarik kertas telah ibu berikan Kenapa tak engkau mainkan Di dalamnya banyak dekorasi tulisan Tapi, mengapa kertas itu hanya kau simpan ? Ku bangkitkan semangatku Wawasan luas telah menantiku Seluruh dunia terukir dalam buku Membaca menjadi budaya literasiku Ku baca semua samudra ilmu Kisah dunia bahkan binatang lucu Ikhlas setiap halaman tanpa jemu Aku berdialog untuk menjadi sahabatmu Sekarang kita sudah merdeka Membaca apapun yang kita suka Literasi di berbagai media Literasi merdeka membaca Malang, 23 Agustus 2022
MERDEKA DI ATAS KARYA

Dulu…. Kau sibuk dengan bambu Melawan mesin mesiu Langkahmu terus maju Perlahan melepas belenggu Ujung bambupun menjadi saksi Nusantara terus beraksi Bersimbah darah penuh ambisi Merdeka..!!! seluruh penjuru dimensi Merah putihku Semangatmu seperti geni Membakar pasukan kompeni Siang malam menantang maut Kilatan bambu runcing menyulut Koloni yang kian semrawut Menyimak sejarah empat lima Ruh dan jiwa tak ada harganya Merdeka…!! Merdeka…!! Merdeka !!! Mereka koma, bahkan tiada Nama harumnya pupus seketika Terkalahkan kura – kura ninja bahkan artis idola Ku kibarkan syair merdeka Alunan bait puisi Indonesia Sumpah anak merdeka Raih prestasi segunung, sepulau bahkan benua Kini berkibar syair sang saka Aku bisa membaca Aku bisa berkarya Aku anak Indsonesia Merdeka..!!! Literasi tiada tara.
AKU BERPUISI

AKU BERPUISI Dalam diriku ada mentari Sejuta asa berbinar – binar Setiap pagi datang menghampiri Bersamanya sekolahpun riang kulalui Kisahku saling melengkapi Meski, sulit untuk di mengerti Namun semua mudah kulewati Untuk bernafas bagai melati Ingin rasanya kupanjat langit Kutitipkan setiap jejak memoriku Tentang perjuangan hidup dan impianku Dengan berbagai rasa manis dan pahit Aku.... Berjuang menggapai harapan Terus bergerak tak menghiraukan keraguan Agar kelak harum di tujuan Aku berpuisi... Penuh syukur pada kehidupan Senja pun mulai sirna Saat langit cerah berganti warna Yang penuh akan cahaya Ribuan huruf menanti tuk kubaca Kini malampun telah datang Ditemani terangnya senyuman bintang Sehelai rambutku berdiri melesat terbang Tertiup angin dinginya malam Aku... Takkan menyiakan waktu Selalu sujud dalam lima waktu Suatu saat habis usiaku Aku tetap ada dalam puisiku ****
GEMURUH COBAN RONDO
Mataku tertuju di satu titik indahmu Air yang jerni, mengalir, mengguyur hatiku Udara sejuk. pemandangan alam yang natural menjadi daya tarikmu Meskipun aku belum pernah melihatmu Aku sangat takjub dan mengagumimu semangat berkarya :)
TUPAI KU
Kau lincah dan lucu Kau sangat imut sepertiku Matamu hitam Melihat sangat tajam Kumis dan ekormu sangat panjang Gigimu tajam untuk menggigit kacang OooH.... Tupai ku Aku gemas ingin memelukmu